Toko Bunga Pati

Informasi Pemesanan dan respon Cepat Silahkan Hubungi Kami dibawah ini;

WA 0812-3454-0602

Toko Bunga Pati, Alicia Florist sudah berdiri sejak lama dan sudah menjadi salah satu tempat pemesanan karangan bunga yang terdepan dan terpercaya. Di tambah lagi dengan adanya tenaga ahli yang handal, kreatif dan profesional dalam menangani dan merangkai karangan bunga. Sehingga akan menghasilkan karangan bunga yang indah dan menawan. Kamu pun akan merasa puas dengan hasil pesanan yang akan kamu terima.

Rangkaian bunga papan Pati

Melalui sebuah karangan bunga kamu bisa mengutarakan segala bentuk perasaan suka maupun duka kamu kepada siapa pun, di mana pun, dan kapan pun kamu inginkan. Karangan bunga juga kini sudah menjadi salah satu bagian untuk memeriahkan maupun melengkapi sebuah acara – acara. Adapun acara – acara yang biasa menggu akan karangan bunga antara lain : acara pertunangan, acara perpisahan, acara pelantikan, acara wisuda, acara pembukaan, acara pernikahan, acara serah terima jabatan, acara duka cita, acara peresmian, acara khitanan, acara hari jadi, acara selamat sukses, dan berbagai jenis acara lainnya. Jika kamu berhalangan untuk datang ke sebuah acara, kamu tidak perlu khawatir lagi. Cukup dengan memesan dan mengirimkan karangan bunga sebagai media perantara maupun permohonan maaf atas ketidak hadiran kamu di acara tersebut.

Papan bunga Pati

Toko Bunga Pati, Alicia Florist siap membantu dan melayani kamu, baik yang berada di dalam maupun di luar kota. Lakukan pemesanan dengan cara mudah, proses cepat, dan pengiriman aman hanya di sini. Kirimkan karangan bunga kepada keluarga, rekan kerja, sahabat, kerabat, kekasih, maupun orang lain sebagai bentuk isi hati dan apresiasi kamu.

Tunggu apalagi… Ambil telepon anda dan pesan sekarang juga…!!!! Akan ada penawaran yang menarik dan kami untuk kamu. Bagi kamu yang beruntung akan mendapatkan fasilitas *GRATIS biaya kirim ke seluruh wilayah di Pati.

Baca juga:

Toko Bunga Pati Menyediakan;

  • Bunga Papan Duka Cita
  • Bunga Wedding
  • Bunga Pelantikan
  • Bunga Grand Opening
  • Bunga Peresmian
  • Bunga papan Wisuda
  • dll

Alamat Toko Bunga Pati


Tentang Kabupaten Pati

Sejarah Pati

Dalam satu daerah terdapatlah Kadipaten Paranggaruda punyai hajat memasangkan putera salah satu yang namanya R. Jaseri atau bisa lebih populer dengan panggilan Menak Jasari dengan putri Adipati Carangsoko namanya Dewi Ruyung Wulan. Menak Jasari ialah pemuda yang fisiknya cacat, serta wajahnya buruk. Sampai membuat Dewi Ruyung Wulan menampik untuk dihampirinya. Tetapi sebab desakan orangtua karena itu harus Dewi Ruyung Wulan harus terima R. Jaseri untuk suaminya.

Acara pesta perkawinan sudah berjalan, Dewi Ruyung Wulan yang sedang berduka, dia minta pestanya harus diselenggarakan pagelaran wayang yang disemarakkan wayang purwo (wayang kulit) dengan dalang Ki Soponyono yang benar-benar populer untuk dalang yang dapat membawakan beberapa ciri-ciri tokoh yang ada pada narasi Mahabarata serta Ramayana hingga banyak pemirsa yang terbius seakan narasi itu hidup.

Dalang Sapanyono ketidaktahuan atas keinginan yang diserahkan oleh Dewi Ruyung Wulan, tetapi Ini hanya adalah strategi dari Dewi untuk mengulur-ulur pernikahan. Serta supaya pernikahan ini bisa diggagalkan karena sebenarnya dia tidak menyukai R. Jasari calon suaminnya. Pernikhan yang tidak didasari cinta akan menyakitkan serta bisa lemahkan semangat untuk hidup berumah tangga. Dia memberi pesan pada Dalang Saponyono untuk cari narasi pewayangan yang seperti dengan narasi cerita susahnya. Agar kesemua orang tahu rintihan hati Dewi Ruyung Wulan. Dalang Saponyono melakukan pekerjaan sedapatnya.

Sebab menganggap ditantang untuk membawakan narasi wayang yang tidak selayaknya, karena lakon wayang yang umum dibawakan dalam acara pernikahan ialah wayang yang jalan ceritanya usai dengan kebahagiaan, tetapi kesempatan ini dalang Sapanyono harus membawakan wayang dengan narasi yang usai susah. Ini tentu mendapatkan protes sama pemirsa. Tetapi Bagaimanapun Dalang Soponyono harus memantaskan karena Dewi Ruyung Wulan tidak ingin duduk di singgasana pengantin jika permohonannya tidak dituruti.

Pada akhirnya dalang Soponyono mengikuti keinginan Dewi Ruyung Wulan, Dia ditemani oleh 2 orang adiknya yang cantik-cantik namanya Ambarsari serta Ambarwati yang bertindak selaku waranggano Swarawati R. Jaseri hatinya berbunga-bunga bisa bersanding dengan Dewi Ruyung Wulan di pelaminan. Air liur R. Jaseri tetap menentes jika lihat kecantikannya. Tangannya mulai nakal mencolak-colek pipi Dewi Ruyung Wulan. Hingga membuat tidak nyaman. Tengah asyik-asyiknya pagelaran berjalan, terjadi kericuhan yang diakibatkan Dewi Rayung Wulan.

Dia lari dari pelaminan serta jatuhkan diri di atas pangkauan Dalang Saponyono, Dewi Ruyung Wulan sudah tenggelam dalam narasi Pewayangan, dia terpesonan serta jatuh hati pada dalang Soponyono yang mukanya semakin tampan serta pintar mainkan narasi wayang dibanding Raden Jaseri yang tetap mengobral nafsu birahinya. “bawa serta saya lari kakang Soponyono, jika tidak lebih bagus saya mati saja!”

Ini tentunya mengagetkan semua tamu yang ada khususnya orangtua ke-2 mempelai. Ki Dalang sendiri kaget serta takut, karena itu Ki Dalang keluarkan kesaktiannya, untuk mematikan semua lampu yang ada di Kadipaten Carangsoko. Situasi yang gelap gulita itu, membuat cemas yang ada dalam perjamuan itu, kesempatan kali ini digunakan Ki Saponyono melarikan diri diiringi oleh ke-2 adiknya serta Dewi Ruyung Wulan. Si Adipati Carangsoko Puspo Handung Joyo benar-benar geram sekali. Dia menyebut Patihnya Singopadu untuk selekasnya menangani situasi ini. “Cepat perintahkan prajurit untuk menghidupkan lampunya” beberapa prajurit bergegas menghidupkan lampunya.

Sesudah lampu menyala, Raden Jaseri bergulung-gulung dilantai sebab calon istrinya raib bersama-sama Dalang Soponyono. Adipati Paranggarudo memerintah patihnya Singopadu untuk selekasnya mepersiapkan prajurit, memburu Dalang Soponyono serta Dewi Ruyung Wulan. Prajurit menebar ke semua desa, masuk beberapa rumah dengan tidak sopan santun serta kasar, Rakyat Carangsoko jadi ketakutan, mereka lari berhamburan selamatkan diri.

Prajurit memeriksa semua rumah masyarakat mungkin mereka bersembunyi di rumah masyarakat serta siapa saja berani melindungnya akan diberi hukuman. Ini membuat Adipati Puspo Handung Joyo kurang suka, yang dicari burunan Dalang Soponyono bukan rumah rakyat yang dirusak. Adipati Paranggarudo tidak ingin perduli, yang perlu ialah Soponyono harus ketangkap mati atau hidup.

Sebab sudah mengejek kewibawaan Adipati Paranggarudo. Ki Soponyono serta Dewi Ruyung Wulan yang dibarengi adik-adiknya lari terus ke arah rimba, mereka berjalan ikuti jalur sungai. Ki Soponyono membuat perlawanan pada beberapa pengejar meskipun percuma, sebab tidak setimbang jumlah pengejar serta yang dikejar. Keluar rimba masuk rimba, Dewi Ruyung Wulan melepaskan baju kebesaran, selanjutnya ia menukarkan dengan pakaian masyarakat ditempat, mereka menyamar jadi masyarakat desa, supaya tidak jadi perhatian masyarakat.

Sampailah mereka di Dukuh Bantengan (Trangkil) daerah Panewon Majasemi. Panasnya Terik Matahari di siang hari membuat ke-4 orang itu kehausan. Musim kemarau yang panjang membuat mata air kering hingga sangat berharganya air. Mereka terus berjalan untuk memperoleh seteguk air. Mereka duduk di bawah pohon besar yang kering, sesudah lari tanpa ada stop adalah siksaan ditambah buat ke-3 orang putri khususnya dewi Rayungwulan yang belum pernah kerja berat serta berjalan jauh.

Rasa haus buat ke-3 putri itu telah tidak terhankan lagi, untuk melanjutkan perjalanannya tidak mungkinkan lagi. Sebab hausnya mereka lari memburu daratan yang sarat dengan sumber air sesudah dihampiri rupanya cuma satu fatamorgana. Mereka berjalan tertatih-tatih, sampailah mereka disebuah sawah yang sunyi tidak ada sumurnya, serta sungai di sekelilingnya telah kering sebab kemarau panjang itu. Lihat hal tersebut Ki Sapanyono benar-benar bingung hatinya sebab akan minta air pada masyarakat tidak berani, takut berjumpa pengejarnya. Karena itu jalan salah satu ialah mengambil semangka atau mentimun yang berada di sawah itu.

Mereka tidak mengetahui jika semua bergerak-geraknya dipantau dari jauh oleh pemilik sawah yakni adik dari Panewu Sukmoyono yang namanya Raden Kembangjoyo. Berdasar laporan masyarakat jika sawahnya seringkali dirusak oleh binatang2 seperti kerbau, kancil. Tetapi kesempatan ini Kembangjoyo terkejut rupanya yang sejauh ini yang menghancurkan tanamannya bukan binatang tetapi manusia. Kembangjoyo memerintah anak buahnya untuk mengepung sawah itu. “Rupanya sejauh ini yang menghancurkan tanaman-tanaman kami ialah kamu! Ya maling! Tangkap” terjadi perang di antara Ki Soponyono dengan anak buahnya Kembang Joyo, mereka bisa dikalahkan oleh Soponyono.

Pada akhirnya Kembang Joyo turun tangan mereka berdua bertanding ditengah-tengah sawah. Dari terlalu jauh tiga putri itu bersembunyi melihat pertempuran itu, sebab dipandang pasukan Paranggarudo. Tetapi tanpa ada daya Ki Sopanyono menantang R. Kembangjoyo, sebab Kembang Joyo semakin sakti dari Ki Soponyono. Ki Soponyono ditlikung kakinya, selanjutnya tangannya diikat dengan tali dadung. “Saya mengambil sebab sangat terpaksa Ndoro” “Yang namanya maling sangat terpaksa semua” Sejurus dengan itu keluarlah Dewi Ruyung Wulan dan ke-2 adik Dalang Soponyono. “bebaskan kakang Soponyono, yang kamu buru saya kan, saya bisa kamu bawa serta seandainya Kakang Soponyono dilepaskan dulu” Dewi Ruyung Wulan menduga jika yang tangkap Dalang Soponyono ialah Pasukan Paranggarudo.

Kembang Joyo jadi bingung rupanya maling yang ditangkapnya bawa 3 orang gadis yang cantik-cantik. Tetapi sebab Kembang Joyo cuma ditugaskan untuk jaga sawah punya kakaknya, karena itu dia masih merangket ke-4 orang itu. Mereka berempat jadi tawanan R. Kembang Joyo, selanjutnya mereka hadapi pada Penewu Sukmoyono untuk diharap keterangannnya. Ki Soponyono memerkenalkan satu-satu teman-temannya. Setelah itu dia bercerita semua insiden-kejadian yang sudah dirasakan, kenapa mereka sampai di dikejar-kejar pasukan Parang Garudo, mereka sangat terpaksa mengambil semangka serta mentimun punya Raden KembangJoyo, sebab kehausan serta lapar.

Dengar pembicaraan Ki Soponyono itu Penewu Sukmayono berasa kasihan serta tidaklah sampai hati untuk menghukum. Penewu Sukmayono siap memuat serta membuat perlindungan mereka. “Tinggal di sini seenakmu, permasalahan Paranggarudo agar kami yang akan melawannya.” Sukmoyono mempersilahkan Dalang Soponyono, serta ke-3 putri untuk istirahat dulu. Untuk rasa terima kasih yang tidak terhingga atas semua kebaikan Sukmoyono, Ki Saponyono persembahkan ke-2 adiknya pada Si Penewu untuk dibuat hambanya. Persembahan itu diterima dengan suka hati.

Pada akhirnya Ambarsari diperistri oleh Penewu untuk selir, sedang Ambarwati dikasih ke R. kembang Joyo untuk dibuat istrinya. Sedang Dewi Ruyung Wulan akan dikembalikan pada bapaknya Adipati Carang Soko, Puspo Handung Joyo. Yuyu Rumpung pembesar dari Kemaguhan yang adalah anak buah Paranggarudo tahu jika keris Rambut Pinutung dengan Kuluk Kanigoro ialah pusaka hebat yang dipunyai Sukmoyono. Yuyu Rumpung memerintah anak buahnya. Yang namanya Sondong Majeruk untuk ambil ke-2 pusaka itu. Namun sebelum bisa diberikan pada Yuyu Rumpung dapat diketahu Sondong Makerti hingga berlangsung pertarungan, Sondong Majeruk kelehan kehabisan tenaga sampai ingin mati, keris Rambut Pinutung yang dibawa Sondong Makerti sukses menyerang perut Sondong Majeruk sampai meninggal.

Selamatlah keris Rambut Pinutung tidak dapat dibawa oleh Sondong Majeruk. Yuyu Rumpung murka selanjutnya memerintah selekasnya menggempur Majasemi masuk dengan Pasukan Yudhopati dengan patih Singopati. Sementera itu beberapa prajurit Parang Garudo masih lakukan perburuan serta pemeriksaan di beberapa rumah masyarakat. Sampailah mereka di Majasemi.

Begitu geramnya Adipati Yudhopati saat mendapatkan laporan jika buronan Dalang Soponyono, Dewi Ruyung Wulan bersama-sama ke-2 adik Soponyono ada Di Majasemi mereka dilindungi oleh Penewu Sukmayono. Karena itu terjadi pertarungan yang benar-benar hebat banyak korban yang berjatuhan, Ki Penewu Sukmoyono luruh dalam pertarungan itu. Dengar Penewu Sukmayono luruh, Raden Kembangjoyo mengamuk dengan menggenggam keris Rambut Pinutung dengan kuluk Kanigoro merusak Pasukan Paranggarudo.

Mereka dibantu oleh pasukan Carangsoko, pertarungan hebat di antara Patih Singopati dengan Patih Singopadu, memporsir energi hingga kedua-duanya luruh di medan pertandingan. Pertarungan di Majasemi usai dengan bawa banyak korban. Ki Saponyono mengantar Dewi Ruyung Wulan bersama dengan Raden Kembangjoyo. Untuk perkataan terima kasih, Dewi Ruyung Wulan dikasih ke Raden Kembang Joyo untuk dibuat istrinya, sebab Kembang Joyo sukses menaklukkan Yudho Pati adipati Paranggarudo selanjutnya dia tinggal di Carangsoko gantikan Puspo Handung Joyo untuk pimpinan Kadipaten. Dia dipilih jadi Adipati sesudah menyatukan tiga kadipaten yakni Paranggarudo, Carangsoko serta Majasemi jadi satu kadipaten Pati

Peleburan itu sudah membuat kerukunan dari tiga kadipaten yang benseteru, untuk semakin menguatkan dalam pimpin kadipaten, dia ajak Dalang Soponyono untuk memperlebar daerah kekuasaannya, serta cari tempat yang baik untuk pusat pemerintahan, raden Kembangjaya serta Raden Sopanyono ke arah rimba Kemiri, serta cepatlah rimba itu dibabat untuk Kadipaten/pusat pemerintahan.

Alas (Rimba) Kemiri ditempati oleh beberapa binatang Singa, Gajah serta binatang buas yang lain, disamping itu ditempati oleh kerajaan siluman, Kembang Joyo serta Dalang Soponyono pundak membahu menantang kerajaan Siluman itu. Pada akhirnya dengan kesaktian Kembang Joyo pimpinan Siluman menyerah. Untuk mencegah makhluk-makluk halus Dalang Sopoyono selamatan dengan mainkan wayang di rimba Kemiri.

Pupuslah pimpinan Siluman dan anak buahnya lari dari rimba kemiri. Keesokannya Kembang Joyo serta Dalang Soponyono dan parajurit Carangsoko meneruskan kerjanya buka Rimba Kemiri jadi perkampungan, ditengah-tengah mereka sedang buka rimba hadirlah seorang lelaki menanggung gentong yang berisi air. “Stop kisanak!, siapa namamu serta apakah yang sedang kau pikul itu?” “Saya Ki Sagola, yang gentong yang kupikul ini berisi Dawet, saya terlatih berjualan melalui sini.” “Dawet itu minuman apa?, coba saya meminta dibuatkan, prajurit-prajurit saya ini dibuatkan! ” Mengapa rimba ini kok ditebangi?, kasihan beberapa binatang pada lari ke gunung?” “Kami sedang buka rimba ini untuk perkampungan baru, supaya nantinya bisa jadi kota raja yang makmur, gemah ripah loh jinawi, karena derah kami dahulu tidak sangat mungkin kita menempati karena perang Saudara” Raden Kembang Joyo berasa berkesan akan minuman Dawet yang manis serta fresh, karena itu dia menanyakan pada Ki Sagola mengenai minuman yang baru diminumnya.

Ki Sagola bercerita jika minuman ini dibuat dari Pati Aren yang dikasih Santan kelapa, gula aren/kelapa. Dengar jawaban itu Raden Kembang Joyo terispirasi, nantinya jika pembukaan rimba ini usai akan dinamakan Kadipaten Pati-Pesantenan. Dalam perubahannya Kadipaten Pati-Pesantenan jadi makmur gemah ripah loh jinawi di bawah kepemimpinan Kembang Joyo.

Kabupaten Pati, Dalam Google Maps

error: Content is protected !!